Assalaamu'alaykum warahmatullaahi wabarakaatuh. Alhamdulillah washshalaatu wassalaamu 'ala rasuulillah 'amma ba'du. Alhamdulillah kita telah sampai pada pelajaran yang ke-12. Dimana pada pelajaran yang ke-12 ini, insyaAllah تعالى kita akan membahas tentang wazan/ rumus fi'il ‘ammar dan fi’il nahiy dari kelompok fi’il-fi’il tsulatsi mujarrad.
Kita bahas fi’il ‘ammar terlebih dahulu. Hal ini mudah karena kita tinggal mengambil fi’il mudhori’ nya, misalkan:
A. yaf'ulu يَفْعُلُ :
#1. Huruf ya ي nya kita buang, diganti menjadi hamzah أ, kemudian
#2. Hamzah أ kita beri harokat sesuai dengan harokat 'ain fi'il, sehingga kalau yaf'ulu يَفْعُلُ, harokat 'ain fi'ilnya dhommah maka أ hamzahnya diberi harokat dhommah menjadi uf'ul أُفْعُلْ.
B. yaf'ilu يَفْعِلُ karena 'ain fi'ilnya kasroh maka أ hamzahnya kita berikan harokat kasroh menjadi if'il إِفْعِلْ.
C. KECUALI yang wazannya YAF'ALU يَفْعَلُ (yang 'ain fi'ilnya fathah) maka أ hamzahnya tetap diberi harokat kasroh jadi if'al إِفْعَلْ bukan af'al أَفْعَلْ karena fi'il-fi'il tsulatsi mujarrod bentuk fi'il amrnya tidak ada yang hamzah berharokat fathah. Cuma ada 2 kemungkinan, hamzahnya berharokat dhommah atau hamzahya berharkat kasroh,tidak boleh hamzahnya fathah.
Kenapa tidak boleh demikian? Karena nanti samar antara fi'i amr dengan fi'il mudhori dhomir 'ana'.
Pada waktunya kita akan belajar bahwa fi'il mudhori’ ini, untuk dhomir ana wazannya adalah af'al أَفْعَلْ. Contoh untuk fi'il mudhori’ yaf'alu يَفْعَلُ maka fi'il mudhori dhomir ana nya af'alu أَفْعَلُ dan ini mirip dengan bentuk fi'il amrnya.
Oleh karena iu, fi’il amr tsulatsi mujarrod أ hamzahnya tidak ada yang berharokat fathah, kemungkinanya ada 2:
#1. Hamzahnya berharokat dhommah, uf'ul أُفْعُلْ, atau
#2. Hamzahnya berharokat kasroh, if'il إِفْعِلْ dan if'al إِفْعَلْ
Jadi hanya ada 3 kemungkinan; uf'ul أُفْعُلْ, if'il إِفْعِلْ dan if'al إِفْعَلْ.
Baik, kita bahas dari bab 1 sampai bab 6
1. Bab 1 (bAtU, fa'ala yaf'ulu) fi'il amr nya uf'ul أُفْعُلْ
2. Bab 2 (kAlI, fa'ala yaf'ilu) fi'il amrnya if'il إِفْعِلْ
3. Bab 3 (mAnA, fa'ala yaf'alu) karena harokat 'ain fi'il nya fathah maka hamzahnya tetap kasroh, jadi fi'il amrnya if'al إِفْعَلْ
4. Bab 4 (bIsA, fa'ila yaf'alu), fi'il amrnya if'al إِفْعَلْ
5. Bab 5 (tUrUn, fa'ula yaf'ulu) ini TIDAK memiliki fi'il amr, kenapa? Karena sudah dijelaskan bahwa fi'il yang masuk ke bab 5 merupakan kata sifat sehingga tidak ada bentuk fi'il amrnya (tidak ada bentuk perintahnya).
Sebagai gambaran misalnya kata kaburo كَبُرَ (yang artinya adalah besar), maka tidak mungkin kita membuat kata perintah dengan kata sifat besar, misalkan besarlah, ini sulit. Biasanya untuk membuat fi'il amr, semacam kata perintah untuk fi'il-fi'il bab 5 ditambahkan kata kun artinya jadilah, misalkan kun kabiiron كُنْ كَبِيْرًا (jadilah orang yang besar), kemudian kun shoolihan كُنْ صَالِحًا (jadilah orang yang sholih), kemudian misalkan kun kariiman كُنْ كَرِيْمًا (jadilah orang yang mulia). Jadi untuk fi'il-fi'il bab 5, fi'il amrnya itu tidak ada. Kalaupun kita ingin membuat kata perintah fi'il-fi'il bab 5 ini biasa kita gunakan kata "kun" yang maknanya adalah jadilah.
6. Bab 6 (sendIrI, fa'ila yaf'ilu) maka fi'il amrnya if'il إِفْعِلْ
Ini ke-6 bentuk fi'il amr untuk ke-6 bentuk fi'il tsulatsi mujarrod. Saya kira cukup jelas, maka kesimpulannya
a. untuk uf'ul hanya ada untuk bab 1 (fi'il amr yang tsulatsi mujarrodnya uf'ul bab 1)
b. yang rumus nya if'il bab 2 dan bab 6 karena fi'il mudhori’ bab 2 & 6 rumusnya sama yaitu yaf'ilu
c. yang fi'il amrnya if'al bab 3 & 4 karena bab 3 & 4 fi'il mudhorinya sama yaitu yaf'alu.
Ini rumus fi'il amr, insyaAllah cukup jelas.
Kemudian yang ke-2 kita bahas rumus fi'il nahiy, ini insyaAllah lebh mudah lagi dari fi'il amr karena tinggal kita tambahkan huruf laa nahiya لاَ (laa larangan) di depannya, kemudian ya ي nya kita ganti dengan huruf ta ت dan lam ل fi'ilnya kita sukunkan.
Jadi kalau bab 1 (bAtU, fa'ala yaf'ulu) maka fi'il nahiynya kita tambahkan laa (asalnya laa yaf'ulu) kemudian ya nya kita ganti dengan ta (laa taf'ulu) kemudian lamnya kita sukunkan akhirnya menjadi laa taf'ul لاَ تَفْعُلْ.
Bab 2 (kAlI, fa'ala yaf'ilu), yaf'ilu kita tambahkan laa (laa yaf'ilu), kita rubah ya menjadi ta (laa taf'ilu) kemudian lam nya kita sukunkan (laa taf'il لاَ تَفْعِلْ).
Kemudian bab 3 (mAnA, fa'ala yaf'alu), tambahkan laa (laa yaf'alu) , ganti ya dengan ta (laa taf'alu) kemudian sukunkan (laa taf'al لاَ تَفْعَلْ).
Dan bab ke 4 (bIsA, fa'ila yaf'alu), yaf'alu tambahkan laa di depannya (laa yaf'alu), ganti ya dengan ta (laa taf'alu) dan sukunkan (laa taf'al لاَ تَفْعَلْ).
Kemudian bab 5 sama dengan fi'il amr, dia juga tidak ada fi'il nahiynya.
Kemudian bab 6 (sendIrI, fa'ila yaf'ilu), yaf'ilu maka tambahkan laa (laa yaf'ilu) kemudian ganti ya dengan ta (laa taf'ilu) kemudian sukunkan akhirnya menjadi laa taf'il لاَ تَفْعِلْ.
Ini rumus untuk fi'il nahi.
InsyaAllah ini sangat mudah karena pada dasarnya fi'il nahiy adalah fi'il mudhori dhomir anta yang ditambahkan laa larangan لاَ. Dan untuk fi'il amr dan fi'il nahiy ini memang selamanya dalam bentuk sukun (uf'ul, if'al, laa taf'al, laa taf'ul, laa taf'il).
Ini rumus-rumus untuk fi'il amr dan fi'il nahi.
Demikian kita telah mempelajari keseluruhan rumus tashrif istilahy dari fi'il bab 1 hingga bab 6.
Baik, sebagai kesimpulan untuk lebih memberikan gambaran rumus maka sekarang saya akan sebutkan rumus dari bab 1 hingga bab 6 mulai dari fi'il madhinya hingga fi'il nahinya.
Rumus
Bab 1 (bAtU) :
fa'ala - yaf'ulu - fa'lan - faa'ilun - maf'uulun - uf'ul - laa taf'ul
فَعَلَ - يَفْعُلُ - فَعْلاً - فَاعِلٌ - مَفْعُوْلٌ - أُفْعُلْ - لاَ تَفْعُلْ
Bab 2 (kAlI) :
fa'ala - yaf'ilu - fa'lan - faa'ilun - maf'uulun - if'il - laa taf'il
فَعَلَ - يَفْعِلُ - فَعْلاً - فَاعِلٌ - مَفْعُوْلٌ - أِفْعِلْ - لاَ تَفْعِلْ
Bab 3 (mAnA) :
fa'ala - yaf'alu - fa'lan - faa'ilun - maf'uulun - if'al - laa taf'al
فَعَلَ - يَفْعَلُ - فَعْلاً - فَاعِلٌ - مَفْعُوْلٌ - إِفْعَلْ - لاَ تَفْعَلْ
Bab 4 (bIsA)
fa'ila - yaf'alu - fa'lan - faa'ilun - maf'uulun - if'al - laa taf'al
فَعِلَ -يَفْعَلُ - فَعْلاً - فَاعِلٌ - مَفْعُوْلٌ - إِفْعَلْ - لاَ تَفْعَلْ
Bab 5 (tUrUn)
fa'ula - yaf'ulu - fa'lan (kita berhenti di isim mashdar) karena fi'il bab 5 tidak memiliki bentuk isim fa'il, isim maf'ul, fi'il amr dan fi'il nahi.
فَعُلَ - يَفْعُلُ - فَعْلاً
Bab 6 (sendIrI)
fa'ila - yaf'ilu - fa'lan - faa'ilun - maf'uulun - if'il - laa taf'il
فَعِلَ - يَفْعِلُ - فَعْلاً - فَاعِلٌ - مَفْعُوْلٌ - إِفْعِلْ - لاَ تَفْعِلْ
Ini merupakan rumus tashrif istilahy dari fi'il tsulatsi mujarrod dari bab 1 hingga bab 6.
Nah, untuk bisa lebih memantapkan pemahaman kita maka kita ambil 1 fi'il contoh untuk setiap bab fi'il tsulatsi mujarrod.
Bab 1 (bAtU), contohnya nashoro (telah menolong)
nashoro - yanshuru - nashron - naashirun - manshuurun - unshur - laa tanshur
نَصَرَ - يَنْصُرُ - نَصْرًا - نَاصِرٌ - مَنْصُوْرٌ - أُنْصُرْ - لاَ تَنْصُرْ
Bab 2 (kAlI), contohnya dhoroba (telah memukul)
dhoroba - yadhribu - dhorban - dhooribun - madhruubun - idhrib - laa tadhrib
ضَرَبَ - يَضْرِبُ - ضَرْبًا - ضَارِبٌ - مَضْرُوْبٌ - إِضْرِبْ - لاَ تَضْرِبْ
Bab 3 (mAnA), contohnya fataha (telah membuka)
fataha - yaftahu - fathan - faatihun - maftuuhun - iftah - laa taftah
فَتَحَ - يَفْتَحُ - فَتْحًا - فَاتِحٌ - مَفْتُوْحٌ - إِفْتَحْ - لَاتَفْتَحْ
Bab 4 (bIsA), contohnya 'alima (telah mengetahui)
alima - ya'lamu - 'ilman - 'aalimun - ma'luumun - i'lam - laa ta'lam
عَلِمَ - يَعْلَمُ - عِلْمًا - عَالِمٌ - مَعْلُومٌ - إِعْلَمْ - لاَ تَعْلَمْ
Bab 5 (turun), contohnya hasuna
hasuna - yahsunu -husnan, tidak sampai fi'il nahi karena dia yang ada rumusnya hanya fi'il madhi - fi'il mudhori dan mashdar.
حَسُنَ - يَحْسُنُ - حُسْنًا
Bab 6 (sendiri), contohnya hasiba (telah menghitung)
hasiba - yahsibu - husbaanan - haasibun - mahsuubun - ihsib - laa tahsib
حَسِبَ - يَحْسِبُ - حُسْبَانًا - حَاسِبٌ - مَحْسُوْبٌ - إِحْسِبْ - لاَ تَحْسِبْ
Ini contoh-contoh fi'il yang masuk bab 1 sampai bab 6.
Kemudian, terakhir sebelum saya tutup pelajaran yang ke-12 ini ada 1 hal yang harus dicatat adalah untuk fi'il yang sifatnya lazim/intransitif (yakni fi'il-fi'il yang tidak butuh kepada objek), maka dia pada asalnya tidak memiliki bentuk isim maf'ul. Kenapa? Karena tidak bisa diterima secara makna.
Contoh kata dakhola دَخَلَ (masuk), yadkhulu يَدْخُلُ (sedang masuk), dukhuulan دُخُوْلٌ (pemasukan), daakhilun دَاخِلٌ (orang yang masuk), ketika kita ingin bentuk isim maf'ulnya madkhulun, maka apa artinya? Orang yang dimasuk? Maka ini sulit diterima secara makna. Kalau kita katakan "yang dimasuki" maka tentu berbeda antara masuk dengan memasukkan. Jadi kalau isim maf'ulnya yang dimasuki maka ini isim maf'ul dari fi'il yang artinya memasuki, beda dengan dakhola yang artinya masuk. Maka fi'il-fi'il yang lazim (yang tidak butuh objek) maka pada dasarnya dia tidak ada bentuk isim maf'ulnya, meskipun ada beberapa fi'il lazim yang apabila ditambahkan huruf-huruf jar, seperti misalkan kata jalasa جَلَسَ, jalasa adalah fi'il lazim (artinya tidak butuh objek), beda antara saya duduk dengan saya menduduki. Untuk fi'il jalasa apabila dia ditambahkan dengan 'ala عَلَى contohnya almajluusu 'ala أَلْمَجْلُوْسُ عَلَى, artinya boleh maka isim maf'ulnya boleh dengan catatan dia diiringi dengan huruf jar setelah isim maf'ulnya.
Adapun untuk fi'il muta'addi yakni fi'il-fi'il transitif (membutuhkan objek agar kalimatnya sempurna) maka dia tentu memiliki bentuk isim maf'ulnya.
Baik, saya rasa untuk pelajaran yang ke-12 cukup sampai di sini.
Washshalaallaahu ‘ala nabiyina muhammadin wa alaa ‘aalihi wa ashhaabihi wa man tabi’ahum bi ihsanin ila yaumiddin. Subhanaka Allaahuma wabihamdika asyhadu allaa illaaha illa anta astaghfiruka wa’atuubu’ilaik. Wassalaamu ‘alaykum warahmatullaahi wabarakaatuh.
No comments:
Post a Comment