MyMenu1

Monday, 2 June 2014

Tanya Jawab Pekan 1 Ilmu Sharaf Angkatan 5 Ikhwan

TANYA JAWAB PEKAN 1

1. T : Ketika ada yang mengucapkan Jazakumullah khoir, kemudian kita membalas “waiyyakum”. Artinya bagi kalian juga, apakah benar tadz?

J: Na’m Akhi, dan kepada kalian juga . “Waiyyakum” bermakna “ sebagaimana kami mendapat

kebaikan juga”

2. T: Mau tanya soal isim dhomir,kenapa penggunaan ‘antum’ menjadi ‘kuntum’ seperti dalam surat Al-Waqi’ah.

J: Itu rumus penggunaan fiil dan dhomir, akan dibahas pada bab tashrif lughowi.

àKunta-kuntuma-kuntum.

3. T: Saya agak kurang mengerti soal istilah tashrif dan wazan.

J: WAZANà yaitu rumus atau cara untuk merubah kata.

TASHRIFàperubahan kata baik istilahi maupun lughowi.

4. T: ya muroqib, apakah mungkin ciri-ciri isim juga melekat pada isim?

J: Tidak mungkin, Isim dan Fiil dua hal yang berlainan. Kalau isim dan huruf ada kasus yang begini, 1 kata dianggap isim juga huruf. Kalau isim dan fiil atau fiil dan huruf itu tidak mungkin.

5. T: Akhi, ana mau tanya. Kebetulan tadi membaca kata “min haitsu” padahal kita tahu bahwa “min” adalah salah satu huruf jar yang fungsinya menjadi kasroh harokat akhir suatu kata. Mengapa itu tidak kasroh?

J: Ada beberapa kasus dalam Al-Qur’an yang tidak sesuai dengan kaidah nahwu. Contoh kata yang ana temuin seperti itu: ‘Alaihullah (QS……….).

6. T: Isim dhomir itu bukannya ada 14 ya? Atau lebih?

J: yang 14 kemaren antum hafal itu dhomir munfashil, yang terpisah dengan kalimat. Ada juga dhomir muttashil,yang tersambung dengan kalimat baik fiil maupun huruf, untuk menunjukkan objek atau kepemilikan.

7. T: Untuk huruf selain huruf jar apakah harus dengan harokat? Contoh, wa, fa, bi, lu, sha, dan ka.

J: iya berharokat seperti yang sudah dikenal dalam bahasa arab.

8. T: Tanya ustadz, apa bisa jamak muannats salim berakhiran aatin bukan aatun ketika kemasukan huruf jar? Syukron.

J: Iya benar. Bahkan semua isim secara mendasar pasti berakhiran kasroh kalau di dahului huruf jar.kecuali beberapa huruf ghoir munsharif.

9. T: Huruf jar itu yang seperti apa ya? Afwan ana pemula.

J: Huruf jar kalau dalam bahasa Indonesia kita sebut kata depan di, ke, di atas, di dalam, dst. Huruf jar dalam bahasa arab ada 9( baca diktat hal.14)

10. T:Kalau jannah dan naar itu masuk isim muannats atau mudzakar? Syukron.

J: Keduanya termasuk muannats.

11. T: Bagaimana alamat menentukan bahwa ini/itu sebagai isim musytaq?

J: -Isim musytaq, dibentuk dari kata lain yakni mashdar/fiil madhi. Jadi isim musytaq mempunyai hubungan secara makna dan lafadznya dengan kata asalnya ( mashdar/fiil madhinya).

Contoh: Thaalibun ( orang yang menuntut)àisim musytaq dari fiil madhi Thalaba (menuntut)

Dalam buku-buku sharaf, disebutkan isim musytaq ada 7: isim fa’il, isim maf’ul, sifat musyabbahah, isim zaman, isim makan, isim alat, isim tafdhil.

-Kebalikan dari isim musytaq, yaitu isim jamid. Dia berdiri sendiri, tidak dibentuk dari kata lain. Contohnya: Qolamun(pulpen), Qomarun(bulan).

12. T: Bagaimana menentukan fiil mu’tal atau shohih?

J: Dilihat dari susunan hurufnya. Fiil mu’tal adalah fiil yang kemasukan huruf illat dalam susunan katanya, baik di fa fiilnya, ain fiilnya, atau lam fiilnya. Huruf illat sendiri ada 3(alif, wawu, dan ya). Adapun jika tidak kemasukan salah satu atau dua dari tiga hururf tersebut maka dipastikan dia fiil shohih.

13. T: Apakah ciri isim dan fiil hanya terbatas pada yang disebutkan dalam dars saja?

J: Tidak. Itu hanya sebagian cirinya saja.

14. T: disebutkan dalam dars bahwa ciri fiil ada empat, dan hanya berkaitan dengan fiil amadhi dan fiil mudhori saja. Bagaimana dengan ciri fiil ‘amr?

J: Ciri fiil ‘amr dilihat polanya. Pekan selanjutnya akan dibahas tentang polanya.

15. T: Dars tentang fiil muta’addi dan lazim sepertinya tidak ada rekamannya.

J: Tidak ada.

16. T: Kata sifat, seperti akbar(paling besar), shohih(benar), dan ‘ulya(tinggi), termasuk isim atau fiil?

J: Termasuk isim.

-Akbar: isim tafdhil

-Shohih: sifat musyabbahah

-‘Ulya: muannats dr ‘Aalin(isim fail)

17. T: Apakah huruf jar hanya ada 8 seperti yang disebutkan dalam diktat?

J: Ada 9, ditambah rubba: jarang/sering. Yang di diktat hanya yang lazim digunakan.

18. T:Ustadz, apakah fiil mu’tal bisa mengandung huruf illat lebih dari satu? Dan apa contohnya?

J: Iya maksimal 2 huruf illat.cek diktat bab 8.

19. T: Kenapa kata أَحَدٌ termasuk isim?

J: kan harokat akhirnya tanwin.

20. T: Apakah kata “ilaaha” pada syahadat termasuk isim? Kenapa tidak ada tanwin atau alif lam?

J: Ilaaha=isim

Setiap ada ciri isim pasti isim.tapi tidak semua isim harus ada cirinya.jangan kebalik ya.

21. T: Kenapa fiil lazim tidak membutuhkan objek? Dan apa contohnya?

J: Burung berkicau, daun berguguran, bunga bermekaran, cinta bersemi, apakah ini butuh objek? Tentu tidak.karena ini fiil lazim (intransitive)

22. T: Kalau kata Alhijaarah dalam surat Al-baqoroh isim apa ya? Ada minhu dan minha..atau bagaimana ini?

J: Hijaaroh adalah isim jamak taksir dari kata hajarun(batu)..adapun minhu dan minha pembahasannya nanti di nahwu.

23. T: Salam Ukhti, pada dars ketujuh diterangkan bahwa ada kata yang mempunyai bentuk jamak taksir sekaligus jamak muannats salim, misal untuk kata syajarotun. Bagaimana kita bisa mengidentifikasikannya?.

J: Mengidentifkasikannya dengan sering membaca dan mendengar karena sifatnya sima’I sebagaimana kita dengar dari perkataan orang arab. Jadi tidak bisa ditentukan rumusnya.

24. T: Ukhti kenapa ketika “lahu” dalam surat al-ikhlas, dhomir Huwa bisa disingkat menjadi “Hu” saja?

J: Hu disana merupakan kata ganti kepemilikan huwa. Tidak bisa ditulis lahuwa, tetapi menjadi lahu.

25. T: Ukh apakah ada aturan untuk isim dhomir ketika bergabung (didepan/dibelakang) huruf/fiil?

J: Ya..ada aturannya. Hal itu dibahas dalam ilmu nahwu.

26. T: jantan dan betina (hewan) dalam bahasa arab seperti apa?

J: Contoh untuk betina: baqorotun. Biasanya kalau hewan memang disifati muannats.

Tetapi tidak semua muannats, contoh: asadun(singa) itu tergantung kosakatanya karena sifatnya jamid.

27. T: Apakah hewan termasuk lilghoiri ‘aqil?

J: Ya. Contoh, qirdun, jamalun, nahlun,..masih banyak lagi.

28. T: Apa arti kata iyya hu..iyya humaa..dsb, afwan. Biar lebih kontekstual ngafalinnya.

J: kata “iyyaa” bisa diartikan kepada. Kepadaku, kepadamu, kepadanya.

29. T: Suatu kata bisa masuk kedalam beberapa jenis isim kah?

J: Betul, suatu kata bisa termasuk beberapa jenis isim. Misal, katabaàmenjadi kaatibun: isim failàmenjadi maktuubun: isim maf’ul.

30. T: Misal kata madrosatun, bisa masuk ke isim musytaq dan muannats..begitukah?

J: Na’m

31. T: Apakah ada kaidah-kaidah tertentu dalam penulisan bahasa arab (dlm Al-qur’an) dua kalimat bisa disambung atau harus terpisah. Atau maksudnya bagaimana caranya menentukan kalimat dalam alqur’an itu merupakan satu kata atau gabungan dua kata?.

J: untuk mengetahui apakah itu satu kata atau gabungan dua kata adalah dengan mempelajari kosakata bahasa arab. Pelan-pelan aja.

32. T: Ana belum paham jamak taksir, pemakaiannya dalam lilghoiri ‘aqil dan lil ‘aqil.

J: Jamak Taksir itu jamak yang tidak berpola. Isim jamid umumnya jamaknya merupakan jamak taksir.

Untuk lil ghoiri ‘aqil maksudnya untuk kata-kata benda yang tidak berakal contohnya seperti qolamunà Aqlaamun

Adapun lil ‘aqil yaitu untuk kata benda yang berakal, maksudnya adalah manusia.contoh: Thobiibunà jamak taksir: Athibbaa’u.

33. T: Perubahan isim dari isim mufrod ke tatsniyah itu kan hanya ditambah aani atau iina.huruf alif disitu hanya huruf mad saja ya?

J: Ya.

34. T: Kalau untuk huruf-huruf/ kata-kata dalam Al-Qur’an apakah semuanya terdiri dari fiil, isim, dan hurf? Ataukah terdapat kelompok kata lainnya?

J: Secara garis besar kata-kata dalam bahasa arab dibagi dalam 3 kelompok tersebut, termasuk Al-Qur’an.

35. T: Apakah beda cara membaca bahasa arab dengan membaca Al-Qur’an, contohnya محمد kalu ngaji bisa dibaca muhammade saat akhir kalimat, kalau bahasa arab apakh mesti sesuai harakatnya “muhammadun”?

J: Dalam dialek bahasa/Lahjah bahasa arab tidak menggunakan kaedah tajwid.

36. T: Mau tanya ukh, fiil mudhori dijelaskan sebagai kata kerja yang sedang terjadi atau akan terjadi. Kemudian dijelaskan dalam surat al-Baqoroh bahwa fiil mudhori sebagai kata kerja yang sedang dilakukan atau masih berlangsung sampai sekarang. Apakah ada ciri-ciri/perbedaan diantara ketiganya di dalam penggunaaannya atau sama saja?. Seperti kalau dalam bahsa inggris akan ada perbedaan antara i am studying(sedang berlangsung), i will study (akan berlangsung), i have been studying (sudah dilakukan pada suatu waktu dan masih berlangsung).

J: Bentuk fiil mudhori itu hampir mirip dengan future tense dalam bahasa inggris, tapi ada tambahan bahwa fiil mudhori mengandung sedang dilakukan atau continuous tense.

37. T: Antara fiil madhi,fiil mudhori’, fiil amr untuk perubahan kata dasar misal Jalasa(fiil madhi) apakah sudah rumusnya jika berubah ke fiil mudhori jadi ditambah huruf ‘ya’ menjadi “yajlisu” dan untuk fiil amr apa harus ditambah huruf alif sehingga menjadi “ijlis”.apakah semua perubahan itu untuk semua kata atau ada ketentuannya untuk masing-masing kata?.

J: Insyaallah penjelasannya ada di dars selanjutnya.

38. T: Kalau kata dasar bahasa arabnya apa?

J: Kata dasar dalam bahasa arab sering disebut asal kata. Untuk kata kerja/fiil asal katanya adalah fiil madhi.sedangkan isim asal katanya adalah bentuk mufrodnya.untuk huruf maka sifatnya mabni atau tetap.

39. T:Apakah kata dasar disebut juga mashdar?

J: Bukan. Mashdar adalah kata kerja yang dibendakan.

40. T: Huruf illat itu maksudnya apa ya?

J: Huruf illat adalah huruf yang apabila masuk dalam susunan sebuah fiil maka menjadikan fiil tersebut cacat/tidak berpola disebut juga fiil mu’tal. Huruf illat sendiri ada 3, alif, wawu, dan ya’

41. T: Perbedaan isim dhomir dengan isim dhomir munfashil apa ya?

J: Isim dhomir contohnya seperti ‘huwa-humaa-hum’, adapun isim dhomir terbagi menjadi 2, ada isim dhomir muttashil. Ada juga isimi dhomir munfashil.

42. T: Tanda untuk tatsniyah yang ada tambahan aani untuk rofa’,aini untuk nashob dan jar.itu maksudnya apa? Cara tau itu rofa’ atau nashob gimana?.

J: Nashab dan rofa’ masuk pembahasan nahwu. Untuk di shorf kita hanya mengenal aani dan iina untuk tatsniyah.

43. T: Apa makna “saufa” itu jika bertemu fiil madhi dan mudhori?

J: “Saufa” hanya pada fill mudhori artinya akan. Contoh seperti kalimat saufa ta’lamuun kamu akan mengetahui.

44. T: Apakah ada ciri tersendiri kita menentukan bahwa suatu isim itu jamak taksir selain kita menghafal dari kamus?

J: Jamak taksir harus dihafal.

45. T: Jika jamak taksir tidak memiliki rumus perubahan, bagaimana cara mengetahui perubahannya dari mufrod? Apakah ada kaidah lain?.

J: perubahan mufrod ke mutsanna adalah dengan ditambah ان/ين dibelakangnya. Untuk jamak mudzakar salim adalah dengan menambah ون/ين , sedangkan untuk jamak muannats salim maka ditambah ات dibelakangnya. Adapun jamak taksir adalah melihat kamus dan menghafal perubahannya.

46. T: Mungkinkah ada isim mudzakar yang mempunyai dua bentuk jamak?.

47. J: Lihat diktat halaman 10.

48. T: Adakah ciri-ciri fiil mudhori’?.

J: Dimulai dengan huruf mudhoro’ah (أنيت) , dimulai dengan huruf nashbin dan jazmin, Namun untuk tingkat dasar cukup tahu yang pertama.

49. T: Meskipun bukan anggota tubuh tapi berpasangan seperti sandal, sepatu, itu mudzakar atau muannats?.

J:Muannats.

50. T: Mohon dijelaskan perbedaan perubahan pada isim muslimunàmuslimaani dan muslimayni.
J
: Sama artinya tetapi berbeda dalam pemakaiannya dalam aplikasi ilmu nahwu.

51. T: Apakah dalam ilmu shorof ada semacam tenses atau converstation?

J: Dalam ilmu sharaf hanya mempelajari perubahan bentuk kata berdasarkan isim dhomir atau makna kata. Sedangkan aplikasi tensesnya dalam ilmu nahwu.

52. T: Untuk bi(huruf jer) dan bi(huruf sumpah) itu artinya sama? Untuk mengenali keduanya bagaimana?

J: Bi huruf sumpah hanya bisa bersambung dengan kata Allah, dan digunakan untuk bersumpah.

Adapun bi(huruf jer) bisa masuk dalam semua isim dan diartikan dengan. Bisa juga diartikan lain tergantung konteks kalimat.

53. T: Ustadzah saya mau tanya tentang contoh fiil yang diakhiri ta mati, tapi contohnya kenapa tetap berharokat? –Qod Qoomati

J: Yang tetap berharokat yang mana mba? Qod qoomat huruf ta’ terakhir disukun.

à Qod bila masuk pada fiil madhi artinya sungguh.

à Qod bila masuk pada fiil mudhori artinya kadang-kadang.

54. T: Apa bedanya min dengan an sedangkan artinya sama. Apakah beda dalam penempatan kalimat atau dalam penggunaannya? Atau tidak ada bedanya?.

J: Min untuk yang jauh, sedangkan an untuk yang dekat dan melekat.

55. T: Kalau ciri fiil yang empat itu, tidak mesti semua fiil harus pake ya? Maksudnya bisa berdiri sendiri tanpa qod dll.

J: Tidak semua ciri dipakai mba..Jika ada salah satu dari cirri fiil tersebut maka sudah disebut fiil.

56. T: Di diktat kan untuk fiil yang disebutkan hanya 2 kelompok yaitu

1. Fiil lazim dan muta’addi

2. Fiil bina shahih dan bina mu’tal.

Apakah hanya itu pembagian fiil? Kalau masih ada lagi apakah itu?

J: Masih ada lagi pembagianya, untuk pemula cukup itu dulu. Nanti kita pelajari di pekan selanjutnya.

57. T: Bagaimana cara tepat dan mudah membedakan isim musytaq dan isim jamid?

J: Dengan banyak mengetahui fiil maka kita akan terbantu untuk mengetahui kata tersebut termasuk isim jamid atau isim musytaq.

58. T: Untuk menentukan sebuah kata dalam al-Qur'an termasuk ke dalam isim/fi'il, bolehkah kita langsung melihat dari terjemahnya? Atau bolehkah bila kita menyimpulkan, kalau dia bukan fi'il, maka pasti isim?.

J: boleh saja, tapi biasanya kalo di terjemahan susunan kata dalam bahasa indonesia tidak sama dengan arabnya yaa..
itulah salah satu alasan kenapa kita belajar sharaf. Dengan bisa mentashrif suatu kata, إِنْ شَآءَ الله kita bisa mengetahui artinya dengan tepat. Dengan mengetahui kata termasuk isim/fiil/huruf berdasarkan ciri-cirinya maka akan memudahkan kita mengetahui artinya baik itu via kamus/terjemahan.
jika kata bukan fiil maka kemungkinannya kalo nggak isim yaa huruf.

59. T: pada fi'il mu'tal yg huruf 'illat , huruf tidak berharakat, tapi kenapa jika huruf 'illatnya و dan ى ada yg berharakat.misal:
قَالَ =alif tdk berharakat , وَعَدَ =wa berharakat, نَسِيَ = ya berharakat.

J: tentang fiil mu'tal yang mengandung huruf illat ( alif, wawu, ya') maka yang masuk kategori mu'tal: ya dan wawu berharakat maupun tidak tetep mu'tal, kalo alif tidak berharakat => mu'tal karena kalau berharakat hamzah dan jadinya shahih, contoh : قَرَءَ

60. T: Apakah huruf illat itu hanya ada di fiil saja atau bisa juga di isim?.

J: ada di fiil maupun isim, karena sekarang kita belajar sharaf, maka yang kita bahas di fi'ilnya,,
untuk yang di isim mungkin nanti di nahwu yaa.

61. T: Apa manfaat/kenapa kita harus tau mana isim mu'tal dan isim shahih?

J: Kegunaan mengetahui fiil mu'tal dan shahih karena masing2 punya wazan atau rumus tersendiri jadi kita harus bljar untuk bisa mengklasifikasikan mana yang termasuk fiil mu'tal dan fiil shahih.

62. T: Yang mau ana tanya yang pertama tentang fi'il mu'tal. Kan kalau yang alif itu dalam keadaan tanpa harakat sebagai penanda fi'il mu'tal tersebut. Kalau dengan wawu dan ya apakah dalam semua keadaan baik berharakat maupun tidak untuk di kategorikan huruf 'illat?
Mohon diberikan contoh juga untuk yang و& ي

J: Iya. Karena kalo alif berharakat pan namanya hamzah jadi bukan mu'tal lagi. Klo wawu dan ya baik sukun atau berharakat dianggap mu'tal.

63. T: Salah 1 contoh ismi mudzakkar itu kan nama benda yang tidak mengandung huruf ta marbuthah (ة).. apa mksudnya semua ayat arab yang ga pake huruf ta marbuthah (ة) itu tidak termasuk isim mudzakkar?. 

J: Nggak juga. ada juga nama laki2 yang pakai ة contohnya maisyarah, thalhah.. Itu dikategorikan mudzakkar. Nama kota, nama jalan, nama daerah, nama sesuatu yg berpasangan seperti rijlun, yadun juga muannats walaupun nggak ada ta' marbuthoh nya. trus kalau contohnya nama benda, seperti kursi kan ga pake ta marbuthoh jadi termasuk mudzakkar.

64. T: kalau الله itu termasuk isim apa ya?

J: Allah isim jaamid lafdzul jalalah.

Selesai.

7 comments:

  1. Syukran ustadz,. sangat membantu sekali,. Ditunggu postingan tanya jawab pekan" berikutnya,.

    ReplyDelete
  2. Ustad saya mau tanya klo mau ngikut program belajar via whatsup gmana ustad?? Terima kasih atas infonya..


    Auliaanwar57@gmail.com no 083895318478

    ReplyDelete
  3. Aslm ukht mau tanyaa...apa beda isim dhamir munfasil dan muttashil??
    Apakah isim dhamir munfashil berjumlah 14 juga sprt isim dhomir munfasil???
    Saya kurang faham...mhm penjelasan...syukran...

    ReplyDelete
  4. @ Dwi Rahma: Dhamir Munfashil sesuai namanya artinya berpisah sedangkan muttashil bersambung. Keduanya sama-sama berjumlah 14 bedanya. Dhamir munfashil itu dhamir yang berdisi sendiri (tidak nyambung dengan fi'il atau isim. Contohnya ةُوَ sampai نَحنُ dan إِيَّاهُ sampai إِيَانَا

    Adapaun dhamir muttashil adalah dhamir yang nempel (bersambung) baik dengan fi'il atau isim. Contohnya Untuk kepemilikan كِتابُهُ sampai كِتَابُنَا atau dhamir yang menempel sebagai pelaku (fail) seperti tashrif lughawi fi'il atau sebagai objek (maf'ul bih).

    ReplyDelete
  5. kenapa dalam tasrifan sunda dan jawa ada sedikit perbedaan,,di jawa ada syegat yang tidak di cantumkan,,

    ReplyDelete
  6. Kenapa dhomir ه bisa berubah ubah harokatnya?

    ReplyDelete
  7. Bagi seorang muslim dan muslimah sudah seharusnya Kita memiliki semangat dan ghirah dalam mempelajari bahasa arab. Terlebih lagi bahasa arab dan wasilah bagi kita dalam mengenal ilmu syari.
    Masmuka Artinya Aina Artinya Ufa Bunga SMartphone

    ReplyDelete

Share